A. Klasifikasi
Kata Berdasarkan Kelas Kata
Untuk mendayagunakan bahasa
secara maksimal, diperlukan kesadaran akan pentingnya pengayaan kosakat.
Kesadaran itulah yang memotivasi kita untuk lebih rajin membaca. Membaca
merupakan kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau pesan
yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar.
Aktivitas membaca tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang
diuraikan di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan menelaah
unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan dengan
makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa yang berhubungan
dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya.
Pada bab ini,
kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaandi dalam bacaan berkaitan
dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta kalimat berdasarkan kelas kata dan
makna kata.
Kata merupakan
unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa kata, tidak
mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai
fungsi dan
peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jeniskatanya. Di kelas X,
kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan dibahas kembali tentang
kelas kata dan hubungannya dengan kalimat.
Secara umum
kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu:
(1) kata kerja
(verba)
(2) kata sifat
(adjektif )
(3) kata
keterangan (adverbia)
(4) kata benda
(nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
(5) kata tugas
1. Kata Kerja
(Verba)
Kata kerja ialah
kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi
sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja
apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat
diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat.
Contoh:
pergi (Pergi
dengan gembira.)
tidur (Tidur
dengan nyenyak.)
jalan (Jalan
dengan santai.)
(2) Dapat diberi
aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
Contoh:
(akan) mandi
(sedang) tidur
(telah) pergi
(3) Dapat
diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
(tidak) makan
(tidak) lihat
(tidak) pulang
(4) Berawalan
me- dan ber-
Contoh:
melatih
melihat
merakit
berdiskusi
berpikir
berusaha
2. Kata Sifat
(Adjektiva)
Kata sifat ialah
kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan sesuatu,
misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat.
Suatu kata dapat
digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat
diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali.
Contoh:
indah (sangat
indah/indah sekali)
baik (sangat
baik/baik sekali)
tinggi (sangat
tinggi/tinggi sekali)
(2) Dapat diberi
awalan se- dan ter-.
Contoh:
luas
(seluas/terluas)
bodoh
(sebodoh/terbodoh)
mudah
(semudah/termudah)
buruk
(seburuk/terburuk)
baik
(sebaik/terbaik)
(3) Dapat
diingkari dengan kata tidak.
Contoh:
murah (tidak
murah)
sulit (tidak
sulit)
pahit (tidak
pahit)
3. Kata Keterangan
(Adverbia)
Kata keterangan
atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina
predikatif, atau kalimat.
Berikut adalah
macam-macam adverbia.
(1) Adverbia
dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya,
tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.
(2) Adverbia
turunan terbagi atas 3 bentuk berikut.
(a) Adverbia
reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,
paling-paling.
(b) Adverbia
gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak
mungkin.
(c) Adverbia
yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.
4. Kata Benda
(Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
4.1. Kata benda
Kata benda ialah
kata yang mengacu pada benda, orang, konsep, ataupun pengertian yang berfungsi
sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata
benda apabila memenuhi persyaratan berikut.
(1) Dapat
diikuti oleh frasa yang + sangat.
Contoh:
mobil (mobil yang
bagus/mobil yang sangat bagus)
pemandangan
(pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah)
pemuda (pemuda
yang gagah/pemuda yang sangat gagah)
(2) Berimbuhan
pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an.
Contoh:
permainan
pertunjukan
kesehatan
(3) Dapat diingkari
dengan kata bukan.
Contoh :
saya (bukan
saya)
roti (bukan
roti)
gubuk (bukan
gubuk)
4.2. Kata Ganti
(Pronomina)
Kata ganti atau
pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina
berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina.
Contoh:
Aku sudah
mencoba membujuknya.
Kami sangat
berharap kepada kalian.
Dia telah
meninggalkan kita.
Itu memang
miliknya.
4.3. Kata
Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan
atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang,
dan benda.
Contoh:
Ibu membeli
gelas selusin.
Ia mendapat
peringkat pertama di kelasnya.
Bapak Bardi
memiliki dua puluh ekor kambing.
Sepertiga dari
harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan.
5. Kata Tugas
Kata tugas dapat
dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan,
(2) kata
sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel.
(1) Kata Depan
(Preposisi)
Kata depan
adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh:
di (sebelah)
utara = menunjuk arah
ke timur = menunjuk
arah
dari pasar =
menunjuk tempat
pada hari senin
= menunjuk waktu
(2) Kata Sambung
(Konjungsi)
Kata sambung
adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa.
Contoh :
adik dan kakak
makan atau minum
tidak makan,
tetapi minum
ia tidak naik
kelas karena bodoh
Adi meletakkan
tasnya, lalu ia membuka seragamnya.
(3) Kata Sandang
(Artikula)
Kata sandang
adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
Contoh:
sang guru (sang
bermakna tunggal)
para pemimpin
(para bermakna jamak)
si cantik (si
bermakna netral)
(4) Kata Seru
(Interjeksi)
Kata seru adalah
tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati.
Contoh:
Aduh, kakiku
sakit sekali.
Astaga, mengapa
kamu berani mencuri ?
Ayo, jangan
putus asa.
“Wah, mahal
sekali!” kata adik.
Kata yang
dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh,
celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah.
(5) Partikel
Partikel adalah
kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini
digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita).
Contoh partikel:
-lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun
Kita baru saja
mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu wacana, tentu terdapat
berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci setiap kata berdasarkan
kelas katanya.
B. Klasifikasi
Kata Berdasarkan Bentuk Kata
Dari segi
bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu :
1. Kata Dasar
2. Kata Turunan
3. Kata Ulang
4. Kata Majemuk
1. Kata Dasar
Kata dasar
adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum diberikan awalan, akhiran,
sisipan, dan penggabungan awalan akhiran.
Kata-kata
seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar karena
kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata itu
diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan, dan
pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan, kata tersebut
sudah dikategorikan ke dalam kata turunan.
2. Kata Turunan
Sebuah kata
dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui bentukan-bentukannya. Dari satu
kata pula, kita dapat membuat atau mengembangkannya menjadi beberapa kata
turunan. Dari kata turunan tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan
beberapa ide/perasaan.
Pemekaran kata
dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat katakata tersebut mengalami
perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda amati kata satu termasuk kata
bilangan/numeralia yang berarti “bilangan asli pertama”. Kata satu diberi
awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut mengalami perubahan arti, meskipun
masih memiliki arti dasar yang tetap, yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul
atau bergabung menjadi satu. Kata bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan
lagi, tetapi termasuk kelas kata kerja.
Bagaimana
pengimbuhannya?
Anda telah
melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita bentuk belasan kata
turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur
antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku pula pada kata-kata yang
lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat.
Kata
Asal/Verba
|
Pelaku
|
proses
|
Hal/tempat
|
Perbuatan
|
Hasil
|
asuh
|
pengasuh
|
pengasuhan
|
mengasuh
|
asuhan
|
|
baca
|
pembaca
|
pembacaan
|
membaca
|
bacaan
|
|
bangun
|
pembangun
|
pembangunan
|
membangun
|
bangunan
|
|
buat
|
pembuat
|
pembuatan
|
perbuatan
|
membuat
|
buatan
|
cetak
|
pencetak
|
pencetakan
|
percetakan
|
mencetak
|
cetakan
|
potong
|
pemotong
|
pemotongan
|
perpotongan
|
memotong
|
potongan
|
3. Kata Ulang
Kata ulang
adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk baik seluruh kata maupun
sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan memakai tanda penghubung (-).
Contoh:
lauk-pauk
mondar-mandir
anak-anak
porak-poranda
berjalan-jalan
biri-biri
gerak-gerik
kupu-kupu
dibesar-besarkan
laba-laba
huru-hara
Macam-macam kata
ulang
1. Ulangan
seluruh kata dasar
Contoh:
anak-anak
meja-meja
buku-buku
ibu-ibu
main-main
makan-makan
2. Ulangan kata
dengan memberi imbuhan
Contoh:
berjalan-jalan
bermanja-manja
dibesar-besarkan
dipukul-pukulkan
berlari-larian
menarik-narik
3. Ulangan
seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang
kedua
Contoh:
gerak-gerik
caci-maki
mondar-mandir
compang-camping
huru-hara
terang-benderang
bolak-balik
carut-marut
lauk-pauk
4. Ulangan
seluruh kata yang dinamakan kata asal
Misalnya :
anai-anai
ubur-ubur
kunang-kunang
lobi-lobi
kupu-kupu
mata-mata
agar-agar
4. Kata Majemuk
Kata majemuk
adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian.
Contoh:
duta besar
kereta api senja
utama
meja tulis guru
rumah makan
terjun payung
buku sejarah
baru
kereta api cepat
luar biasa
lapangan udara
rumah sakit jiwa
siap tempur
Contoh di atas
menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri dari gabungan dua kata, tiga
kata, empat kata, lima kata bahkan dapat lebih. Hal yang terpenting adalah
gabungan kata-kata itu harus menunjuk kepada satu arti dan tidak melebihi batas
fungsi sebagai kata.
Cara penulisan
kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi
(duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua
kata sudah sangat padu).
Contoh:
matahari
kacamata
sapu tangan
beasiswa
olahraga
antarkota
C. Klasifikasi
Kata Berdasarkan Makna Kata
Kita sudah
mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada perubahan
makna kata dari makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna kata juga
dapat ditimbulkan oleh dua hal, yaitu hubungan referensial dan hubungan
antarmakna.
1. Makna Kata
Berdasarkan Hubungan Referensial
Makna kata ini
dibedakan menjadi:
a. Makna
denotatif
Makna denotatif
ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata
yang mengandung arti sebenarnya.
Contoh:
1. Bunga mawar
itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya.
2. Untuk
menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar.
3. Penjual
menawarkan barang kepada pembeli.
4. Bajunya basah
kuyup terkena keringat.
b. Makna
konotatif
Makna konotatif
ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata
(makna kontekstual) disebut juga makna tambahan.
Contoh :
1. Ayahnya
mendapat kursi sebagai anggota dewan.
kursi artinya
jabatan/kekuasaan
2. Hatiku
berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama.
berbunga-bunga
artinya gembira
3. Sekarang ia bekerja
di tempat yang basah.
basah artinya
selalu menghasilkan uang
Dalam pengertian
lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan
makna halus dan
cakupan makna kasar.
Contoh cakupan
makna halus:
1. Neneknya
sudah meninggal dua hari yang lalu.
2. Istri Pak Dadang
seorang perawat di rumah sakit pusat.
3. Ibunya Rosita
sedang hamil lima bulan.
4. Mari kita
doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah.
Contoh cakupan
makna kasar:
1. Pamannya
sudah mampus seminggu yang lalu.
2. Kakakku
sedang bunting, dia harus berhati-hati.
3. Bininya
seorang dokter.
4. Pahlawan
telah mati di medan laga.
c. Makna
idiomatik (ungkapan)
Secara umum
ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang
dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya.
Ungkapan dapat
juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak
dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh:
− ringan tangan
= rajin bekerja, suka memukul
− gerak langkah
= perbuatan
− dipeti-eskan =
dibekukan atau tidak digunakan
− tertangkap
basah = terlihat saat melakukan
− gali lubang
tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana
− banting stir =
mengubah haluan
− jantung hati =
kekasih
Ungkapan
berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa
Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu
pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun,
ungkapan ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan
dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut.
1. Menurut
jumlah kata
a. Dua kata
− mencari ilham
: berusaha mencari ide baru
− bercermin
bangkai : menanggung malu
b. Tiga kata
atau lebih
− diam seribu
bahasa : membisu
− hutangnya
setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya
2. Menurut zaman
a. Ungkapan lama
− matanya bagai
bintang timur : bersinar, tajam
− rambutnya
bagai mayang mengurai : ikal, keriting
− berminyak air
: berpura-pura
b. Ungkapan baru
− ranjau pers :
undang-undang pers
− berebut senja
: siang berganti malam
− ranum dunia :
penyebab kesulitan
3. Menurut
asalnya
a. Ungkapan
berasal dari bahasa asing
− black sheep :
kambing hitam
− over nemen :
mengambil oper
− side effect :
akibat samping
b. Ungkapan
berasal dari bahasa daerah
− soko guru :
suri tauladan
− anak bawang :
yang tidak diutamakan
2. Makna Kata
Berdasarkan Hubungan Antarmakna
Makna kata
berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim, antonim, dan hiponim.
a. Sinonim
Sinonim ialah
pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama.
Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata
itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat
digunakan tetapi dalam kalimat lain tidak dapat digunakan atau penggunaannya
selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya
(kontekstual).
Contoh sinonim
dengan kata yang sama maknanya :
− Bung Hatta
telah wafat. (telah = sudah)
− Kita merdeka
karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab)
− Bung Hatta
sangat berjasa. (sangat = amat)
Contoh beberapa
kata yang memiliki kemiripan makna :
− Tepat di muka
gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah kompleks bangunan kuno yang kukuh.
− Persis di
bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah kawasan bangunan kolot
yang kuat.
Makna kalimat 1
dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya
kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya.
b. Antonim
Antonim adalah
kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan
artinya.
Contoh:
a) Sejak sakit
batuk, ia pantang minum es.
Ia harus meminum
obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
b) Aksi
penebangan pohon merupakan perusakan hutan.
Pemerintah
menghimbau agar warga melestarikan hutan.
c) Kadang-kadang
ia berlatih seminggu sekali.
Nasihat orang
tuanya seringkali tidak didengarnya.
d) Perkembangan
anak itu sangat lambat.
Dengan
tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang.
Terdapat
beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim.
Oposisi
antarkata dapat berbentuk seperti berikut.
a. Oposisi
kembar
Contoh:
−
laki-laki-perempuan
− jantan–betina
− hidup-mati
b. Oposisi
majemuk
Contoh:
− baju-merah
− sapu- tangan
− rumah-makan
c. Oposisi
gradual
Contoh:
− kaya- miskin
− panjang-
pendek
d. Oposisi relasional
(kebalikan)
Contoh:
− orangtua-anak
− guru-murid
−
memberi-menerima
e. Oposisi
inversi
Contoh:
− Jual-beli
− Pulang-pergi
f. Oposisi
komplementer
Contoh:
− mur-baut
− kompor-minyak
g. Oposisi
inkompabilitas
Contoh:
− merah-hijau
h. Oposisi hierarki
Contoh:
- camat lurah.
c. Hiponim
Hiponim ialah
kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan
hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang
memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya
(hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata
khusus.
Kata umum
dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk
perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata
khusus diterapkan
untuk hal
tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti
berikut.
1. Pukul 07.00
WIB bel berdering cukup keras.
Berdering (kata
khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata
bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu.
2. Untuk
menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar.
Kata melati dan
mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga.
Berdasarkan
contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan
kata khusus pada tabel berikut ini.
Kata umum
|
Kata khusus
|
melihat
|
memandang,
menonton, meratap,
menyaksikan,
menengok, mengintip
|
mamalia
|
sapi, kambing,
kucing
|
pola hidup
|
berfoya-foya,
boros, irit, mewah,
sederhana
|
membawa
|
menjinjing,
memikul, memanggul,
menenteng,
menggendong
|
memotong
|
memenggal,
mengiris, menebang,
memancung,
menggergaji
|
Post a Comment
Post a Comment