-->

Partners

Makalah Biologi Sistem Pertahanan Tubuh

MAKALAH BIOLOGI
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
(IMUN)

Makalah Biologi Sistem Pertahanan Tubuh - SOYA Intermedia - Bangilan - Tuban - Indonesia. Puji syukur kami pajatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini membahas tentang SISTEM PERTAHANAN TUBUBH (IMUN). Makalah ini diharapkan dapat membantu siswa dalam  proses pembelajaran pada materi pertahanan tubuh (imun).

Kami dari kelompok 3  menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami dari kelompok 3 mengharapkan kritikdan saran untuk memperbaiki makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat,semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL ..................................................................................      i

KATA PENGANTAR ...................................................................................      ii

DAFTAR ISI .................................................................................................      iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang ..................................................................................      1

B.    Rumusan Masalah ............................................................................      1

C.   Tujuan ................................................................................................      1



BAB II ISI

A.    Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh ..............................................      2

B.    Fungsi Sistem Pertahanan Tubuh .....................................................      2

C.   Mekanisme Pertahanan Tubuh .........................................................      2    

D.   Jenis Imunisasi ..................................................................................      8

E.    Respons Kekebalan Tubuh ...............................................................      9

F.    Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pertahanan Tubuh ..................      10

G.   Gangguan atau Kelainan Sistem Pertahanan Tubuh .......................      12



BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ........................................................................................      13



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................      14



BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang
Sistem kekebalan (imun system) adalah system pertahanan manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromonikul asing atau serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. System kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraborasi menjadi tumor.

Kemampuan system kekebalan untuk membedakan komponen sel tubuh dari komponen pathogen asing akan menopang amanat yang diembannya  guna merespon infeksi patogen, baik yang berkembang biak didalam sel tubuh (intraselular) seperti misalnya virus, maupun yang berkembang biak diluar sel tubuh(ekstraselular) sebelum berkembang menjadi penyakit.



Rumusan Masalah
Apa tujuan kita mempelajari system pertahanan tubuh manusia (imun).


Tujuan
Agar kita dapat mengetahui dan faham dengan system pertahanan tubuh manusia (imun) dan supaya bisa menjaga pertahanan tubuh kita dari bahaya penyakit yang menyerang.




BAB II

ISI

A.   Pengertian Sistem Imun

Sistem imun adalah system pertahanan yang ada  pada tubuh manusia yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi tubuh manusia. Pada system imun ada  istilah yang disebut IMUNITAS. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita terhadap suatu penyakit. Jadi system imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita.

Didalam system imun ter dapat antigen dan antibodi. Antigen adalah molekul yang biasanya dimiliki oleh virus, bakteri, fungi, protozoa, dan juga cacing parasit. Antigen dapat dikatakan sebagai sebuah zat yang bisa melakukan stimulasi  terhadap respons imun, terutama pada saat proses produksi antibodi. Sedangkan antibody adalah susunan dari protein protein yang bersifat globular yang biasanya di kodekan dengan gen-gen yang spesifik.



B.   Fungsi Sistem Imun

Fungsi system imun sendiri ada 3,yaitu:

1)    Pertahanan: mempertahankan tubuh dari patoghen invasive, misalnya virus dan bakteri.

2)    Homeostasi tubuh

3)    Peremajaan.



C.   Mekanisme Pertahanan Tubuh

Tubuh manusia memiliki dua macam mekanisme pertahanan tubuh, yaitu pertahanan non spesifik dan pertahanan spesifik.

1.    Pertahanan tubuh non spesifik

Pertahanan tubuh non spesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir, berupa komponen normal tubuh yang selalu ditemukan pada individu sehat, serta siap mencegah dan menyingkirkan dengan cepat antigen yang masuk kedalam tubuh. Pertahanan ini disebut non spesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu, tetapi dapat memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh. Jumlah komponennya dapat meningkat oleh infeksi, misalnya sel darah putih akan meningkat jika terjadi infeksi.



1.    Pertahanan Fisik, Kimia, dan Mekanisme terhadap Agen Infeksi

·         Kulit yang sehat dan utuh, menjadi garis pertahanan pertama terhadap antigen.  Sebaliknya, kulit yang rusak atau hilang, akan meningkatkan risiko infeksi.

·         Membran mukosa yang melapisi  permukaan bagian dalam tubuh, menyekresikan mucus sehingga dapat memerangkap antigen, serta menutup jalan masuk ke epithelium.

·         Cairan tubuh yang mengandung zat kimia anti mikroba. Zat kimia tersebut membentuk lingkungan  yang buruk bagi mikroorganisme.

·         Pembilasan oleh air mata, saliva,dan urine berperan juga dalam perlindungan terhadap infeksi.

2.    Fagositosis

Fagositosis merupakan garis pertahanan kedua bagi tubuh terhadap agen infeksi. Fagositosis meliputi proses penelanan dan pencernaan mikroorganisme dan toksin yang berhasil masuk dalam tubuh. Proses ini dilakukan oleh neutrophil dan makrofag (derivate monosit). Neutrofil dan makrofag bergerak  keseluruh jaringan secara kemotaksis yang di pengaruhi oleh zat kimia. Zat kimia tersebut diproduksi oleh mikroorganisme, leukosit, atau komponen sel darah lainnya.

3.    Inflamasi (peradangan)

Inflasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera. Penyebabnya, antara lain terbakar, toksin, bakteri, gigitan serangga, atau pukulan keras. Inflasi dapat bersifat akut (jangka pendek) atau kronis (berlangsung lama).Tanda-tanda lokal respons inflamasi, yaitu kemerahan, panas, pembengkakan, nyeri, atau kehilangan fungsi.





4.    Zat anti mikroba non spesifik yang diproduksi tubuh

Zat anti mikroba non spesifik dapat bekerja tanpa adanya interaksi antigen dan antibody sebagai pemicu. Contoh zat anti mikroba non spesifik, yaitu sebagai berikut.

·         Interferon  (IFN), protein antivirus yang dapat disintesis oleh sebagian besar sel tubuh sebagai respons terhadap infeksi virus, stimulusi imunitas, dan stimulasi kimia. Interferon  berfungsi menghalangi multiplikasi virus.

·         Komplemen, beberapa jenis protein plasma yang tidak aktif, tetapi dapat diaktifkan oleh berbagai bahan dari antigen, seperti liposakarida bakteri.

  2.  Pertahanan Spesifik

Pertahanan Spesifik merupakan sistem kompleks yang memberikan respons imunitas terhadap antigen yang spesifik. Antigen spesifik, contohnya bakteri, virus, toksin, atau zat lain yang dianggap asing.

1.    Komponen Respons Imunitas Spesifik

Respons imunitas spesifik melibatkan dua komponen, yaitu antigen dan antibodi.

·         Antigen, yaitu zat yang merangsang respons imunitas, terutama dalam menghasilkan antibodi. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen. Oleh karena itu, antigen dapat berupa bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker, atau racun. Antigen memiliki bagian-bagian sebagai berikut.

Ø  Derteminan antigen (epitop), bagian antigen yang dapat membangkitkan respons imunitas (dapat menginduksi pembentukan antibodi).

Ø  Hapten, molekul kecil yang jika sendirian tidak dapat menginduksi produksi antibodi. Namun, hapten akan bersifat imunogenik (mampu menginduksi produksi antibodi) jika bergabung dengan carrier yang bermolekul besar. Contohnya, penisilin akan memicu respons imunitas jika bergabung dengan protein serum.

·         Antibodi,yaitu protein larut yang dihasilkan oleh sIstem imunitas sebagai respons terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut. Antibodi merupakan protein plasma yang disebut imunoglobin (Ig). Terdapat lima kelas imunoglobin, yaitu sebagai berikut.

Ø  Ig A,berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang masuk kedalam tuhub. Ig A berjumlahsekitar 15% dari semua antibody dalam serum darah serta dapat ditemukan dalam zat sekresi seperti keringat, ludah, air mata, ASI, dan sekresi usus.

Ø  IgD, berfungsi membantu memicu respons imunitas. IgD banyak ditemukan dalam limfosit B. IgD dalam serum darah dan limfa berjumlah relative sedikit.

Ø  Ig E,terikat pada reseptor kimia lainnya. Ig E dapat ditemukan dalam darah dengan konsentrasi yang rendah. Namun, kadarnya akan meningkat selama reaksi alergi dan pada penyakit parasitic tertentu.

Ø  Ig G, berjumlah paling banyak sekitar 80% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi. Jumlahnya akan lebih besar saat terjadi pajanan kedua, ketiga dan seterusnya terhadap suatu antigen spesifik. Ig G berfungsi sebagai pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin, mengaktivasi komplemen, dan meningkatkan efektivitas sel fagositik.

Ø  Ig M, antibodi yang pertama yang tiba di lokasi infeksi. Ig M menetap di dalam pembuluh darah dan tidak masuk ke jaringan. Ig M berumur relatif pendek serta berfungsi mengaktivasi komplemen dan meningkatkan fagositosis.


a.    Struktur Antibodi

Pada umumnya, molekul antibodi terbentuk seperti huruf Y, yang terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

·         Dua rantai berat dan dua rantai ringan yang dihubungkan oleh jembatan disulfida.

·         Daerah variabel (V) antara molekul memiliki rangkaian asam amino yang berbeda dan membentuk suatu reseptor untuk antigen spesifik.

·         Daerah konstan (C) menstabilkan sisi pengikat antigen.

·         Daerah hinge (engsel) memungkinkan kedua lengan Y dapat membuka atau menutup untuk mengakomodasi pengikatan terhadap dua determinan antigen yang terpisah pada jarak tertentu seperti yang ditemukan pada permukaan bakteri.

                



2.    Interaksi Antigen danA ntibodi

Mekanisme pengikatan antibodi ke antigen dapat melalui berbagai cara sebagai berikut:

·         Fiksasi komplemen (aktivasi system komplemen), yaitu aktivasi system komplemen oleh kompleks antigen-antibodi. Pada saat terjadi infeksi. Protein pertama dalam rangkaian protein komplemen di aktifkan, selanjutnya memicu serangkaian  aktivasi protein komplemen berikutnya (jalurberantaicascade). Hasil dari rangkaian reaksi komplemen tersebut menyebabkan lisisnya banyak jenis virus dansel-selpatogen. Penghancuran  sel-sel  patogren oleh komplemen yang dipicu oleh pengikatan antibodi-antigen disebut. Efek jalur klasik dari fiksesi komplemen, yaitu sebagai berikut:

·         Opsonisasi, partikel antigen diselubungi antibodi atau komponen komplemen yang dapat meningkatkan  pertautan makrofag ke mikroorganisme sehingga memfalisitasi dan meningkjatkan fagositosis.

·         Sitolisis, kombinasi dari faktor-faktor komplemen dapat menghancurkan lapisan polisakarida dinding sel pathogen sehingga terbentuk lubang-lubang dalam membran sel, yang menyebabkan lisozim dapat masuk, sitoplasma keluar, dan sel pathogen akan hancur(lisis).

·         Inflamasi, produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel tiang,basofil, dan trombosit darah.

·         Netralisasi, terjadi jika antiobodi menutup situs determinan antigen sehingga antigen menjadi tidak berbahaya dan sel fagosit dapat mencerna antigen tersebut.

·         Aglutinasi (penggumpalan), terjadi jika antigen  berupa materi partikel seperti bakteri atau sel-sel darah merah.

·         Presipitasi  (pengendapan), yaitu pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut dalam cairan tubuh. Setelah diendapkan, antigen  tersebut dikeluarkan dan dibuang melalui  fagositosis.






D.   Jenis Imunitas

         Jenis imunitas terhadap penyakit  (pathogen) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebsgsi berikut.

·         Imunitas aktif, dapat  diperoleh akibat kontak langsung dengan toksin atau pathogen sehingga tubuh mampu memproduksi antibody sendiri.

Ø  Imunitas  aktif  alami,  terjadi jika seorang terpapar satu jenis penyakit, kemudian  system imunitas memproduksi antibody dan limfosit khusus.

Ø  Imunitas  aktif  buatan (induksi) merupakan hasil vaksinasi. Vaksin adalah pathogen  yang mati/dilemahkan, atau toksin yang telah diubah. Vaksin dapat  merangsang  respons imunitas, tetapi tidak menyebabkan penyakit. 

·         Imunitas pasif, jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke individu lainnya.

Ø  Imunitas pasif alami, terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi  dan saat IgG ibu masuk ke plasenta sehingga dapat memberikan kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran.

Ø  Imunitas pasif buatan,  terjadi melalui injeksi antibody dalam serum yang dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar antigen

                            tertentu.

E.    Respons Kekebalan Tubuh

Respon kekebalan tubuh terhadap  antigen dapat di bedakan menjadi dua jenis, yaitu kekebalan humoral dan kekebalan seluler.

         1.Respons kekebalan humoral

          Respons kekebalan humoral melibatkan ativasi sel B yang akan menghasilkan anti bodi dalam plasma darah dan limfa.Mekanisme respons imunitas humoral sebagai berikut.

·         Antigen (pathogen) menginvasi (memasuki) tubuh. Antigen dibawa ke limfosit B di dalam nodus limfa.

·         Sel T penolong mengaktifkan limfosit B. Limfosit B berproliferasi melalui pembelahan mitosis, sehingga menghasilkan tiruan sel B.

·         Klon (tiruan) sel B banyak yang terdiferensiasi  menjadi sel plasma. Sel plasma menyekresikan antibody untuk dibawa ke lokasi infeksi.

·         Dilokasi infeksi, kompleks antigen-antibodi langsung menginaktifkan antigen (pathogen).

·         Sebagian tiruan sel B tidak terdiferensiasi dan menjadi sel limfosit memori B yangb sedikit antibody, jauh setelah infeksi teratasi, dan berfungsi dalam respons imunitas sekunder jika terjadi pajanan antigen berulang.

3.    Respons Imunitas Seluler

a.    Ekstraseluler (jika antigen dicerna oleh makrofag)

·         Antigen (misalnya bakteri) di telan makrofag. Makrofag mengandung frakmen protein (peptida) dari antigen tersebut.

·         Makrofag memebentuk molekul MHC kelas II, dan molekul tersebut bergerak menuju ke permukaan makrofag.

·         MHC kelas II menagkap peptida antigen dan membawanya ke permukaan, serta memperlihatkannya ke sel T penolong.

·         Sel T penolong akan mengaktivasi makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme yang di telan.

b.    Intraseluler (jika antigen meginfeksi sel)

·         Antigen (misalnya virus) menginfeksi sel tubuh.Sel mengandung fragmen protein(peptide) viorus, jika virus bereplikasi dalam sel tersebut.

·         Sel tubuh membentuk molekul MHC kelas I, molekul tersebut bergerak ke permukaan sel.

·         MHC kelas I tersebut menangkap peptida virus dan membawanya ke permukaan sel, serta memperlihatkanya ke sel T sitotoksik (CTL).

·         Sel T sitotoksik (CTL) akan beraktivasi oleh kompleks MHC kelas I, peptide virus pada sel yang berinveksi, dan sel T penolong. Sel T sitotoksik kemudian berdiveriensiasi menjadi sel pembunuh aktif yang akan menghancurkan sel terinveksi.

·         Sel  T sitotoksik yang tidak berdiferensiasi akan menjadi sel T memori.

·         Sel sel T memori berfungsi dalam respons imunitas sekunder jika terjadiu pejanan antigen berulang.



F.    Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pertahanan Tubuh

·         Genetik (keturunan), yaitu kerentanan terhadpa penyakit secara genetik.

·         Fisiologis, melibatkan fungsi organ-organ tubuh.

·         Stres, dapat mempengaruhi system kekebalan tubuh karena melepaskan hormon seperti neouroendokrin, glukokortikoid, dan katekolamin.

·         Usia, dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.

·         Hormon, bergantung pada jenis kelamin. Wanita memproduksi hormon estrogen yang meningkatkan sintesis IgG dan IgA sehingga menjadi lebih kebal terhadap infeksi dari pda pria. Sementara itu, pria memproduksi androgen yang bersifat memperkecil resiko penyakit autoimun, sehingga penyakit autoimun lebih sering dijumpai pada wanita.

·         Olahraga, jika dilakukan secara teratur akan membantu meningkatkan aliran darah dan membersihkan tubuh dari racun. Namun, olahraga yang berlebihan meningkatkan kebutuhan suplai oksigen sehingga memicu timbulnya radiakal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh.

·         Tidur, jika kekureanagan akan menyebabkan perubahan pada jaringan sitokin yang dapat menurunkan imunitas seluler sehingga kekebalan tubuh menjadi melemah.

·         Nutrisi, seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam pengturan system imunitas. DHA dan asam arakidonat mempengaruhi maturasi (pematangan)sel T.Protein diperlukan dalam pembentukan imunoglobin dan komplemen. Namun, kadar kolestrol yang tinggi dapat memperlambat proses penghancuran bakteri oleh makrofag.

·         Pajanan zat berbahaya, contohnya bahan radio aktif, pestisida, rokok, minuman beralkohol, dan bahan pembersih kimia, mengandung zat-zat yang dapat menurunkan imunitas.

·         Racun tubuh, yaitub sisa metabolisme. Jika racun ini tidak berhasil dikeluarkan dari tubuh, akan mengganggu kerja system imunitas.

·         Penggunanan obat-obatan,terutama penggunaan antibiotic yang berlebihan atau teratur, menyebabkan bakteri lebih resisten sehingga ketika bakteri menyerang lagi, sistem kekebalan tubuh akan gagal melawannya.







G.   Gangguan atau Kelainan Sistem Pertahanan Tubuh

         Gangguan system pertahanan tubuh meliputi hypersensitivitas (alergi), penyakit autoimun, dan imunodefisiensi.

A.   Hipersensitivitas (Alergi)

Hipersensitivitas adalah peningkatan sensitivitas atau reaktivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Renspons imunitas ini berlebihan  dan tidak diinginkan karena menyebabkan ketidaknyamanan. Pada umumnya  terjadi pada beberapa orang saja dan tidak terlalu membahayakan tubuh. Antigen yang mendorong timbulnya alergi disebut allergen. Contoh allergen, yaitu sepora kapang, serbuk sari, rambut hewan, kotoran serangga, karet lateks, obat-obatan, dan bahan makanan (telur, susu, kacang, udang, dan kerang).

B.   Penyakit  Autoimunitas

Autoimunitas adalah kegagalan system imunitas untuk membedakan sel tubuh dengan se lasing sehingga system imunitas  menyerang sel tubuh sendiri. Contohnya, arthritis rematoid, penyakit grave (hiperteroidisme), anemia pernisiosa, penyakit adison, system lupus erythematosus (SLE), diabetes mellitus tergantung insulin (DM tipe 1), dan multiple sclerosis (MS, penyakit neurologis kronis).

C.   Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah  kondisi menurunnya keefektifan system imunitas atau ketidakmampuan system imunitas untuk merespons antigen.

·         Defisiensi imun congenital, keadaan tidak memiliki sel B maupun sel T sejak lahir. Penderita harus hidup dalam lingkungan steril.

· AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus). Jumlah sel T penolong berkurang, sehingga system imunitas melemah.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Imunitas mengacu kepada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Komponen dan fungsi pada imunitas terdiri leukosit, sumsung tulang, jaringan limfoid yang terdiri dari kelenjar thymus, limfe, tonsil, lien, serta adenoid , dan jaringan serupa.

Dari leukosit terdapat sel B dan sel T. Sel B mencapai maturasinya pada sumsung tulang dan sel T mencapai aturasinya dikelenjar thymus. Imunitas dibagi menjadi imunitas alami dan imunitas buatan. Imunitas alami merupakan respons nonspesifik terhadap setiap penyerang asing tanpa mempertahankan komposisi penyerang tersebut.

Mekanismenya mencakup fisik kimia sel darah putih, respons implomasi. Imunitas yang didapat terdiri dari respon imun yang tidak dijumpai pada saat lahir tapi akan di peroleh kemudian dalam hidup seseorang.Biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat  protektif.

DAFTAR  PUSTAKA
Lestari, Endang Sri. 2017. Peminatan Biologi.Surakarta:Putra Nugraha.

Irnaningtyas. 2016. BIOLOGI. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter